Tanah Datar – Semenjak booming nya informasi tentang Desa Pariangan sebagai salah satu desa terindah di dunia berbagai pendapat bermunculan. Rasa penasaran masyarakat yang ingin melihatnya meluap luap. Tapi dari fakta yang ada selama ini, seolah olah ada distorsi informasi. Mengapa? Karena wisatawan kita yang memang “kurang membaca” banyak ikut ikutan mengunjungi jorong Guguak yang merupakan salah satu jorong di Nagari Pariangan.
Hal ini mengemuka ketika diskusi virtual tentang pariwisata yang digelar khusus membahas masalah Pariangan, Selasa, 27 April 2021 yang dilaksanakan oleh dosen pariwisata bersama penggiat dan peneliti wisata serta stakeholder terkait.
“Setiap yang berkunjung ke jorong Guguak, mereka hanya melihat pemandangan alam. Menikmati Kawa Daun dan gorengan. Lalu pulang. Tidak ada yang bisa dilakukan. Apakah ini destinasi yang disebut desa terindah?” Tanya Tevy salah seorang akademisi pariwisata.
Menjawab hal ini Irwan Malin Basa yang mengetahui seluk beluk “Desa Terindah di Dunia” ini coba menjelaskan. “Yang disebut desa terindah oleh American Budget Travel itu adalah Pariangan. Yang menarik di Pariangan adalah living heritage nya, tatanan adatnya, ragam budaya nya. Semua itu masih bisa disaksikan meskipun belum terkelola dengan baik” jelas Irwan Malin Basa.
Mendengar penjelasan ini sejumlah peserta sepakat bahwa yang akan dikembangkan itu adalah Pariangan dengan segala potensi sejarah dan budayanya. “Kita harus merubah opini publik yang terlanjur menganggap jorong Guguak adalah desa terindah. Meskipun pemandangan alamnya indah juga, tapi bukan itu yang dimaksud oleh budget travel” tegas Lingga salah seorang peneliti pariwisata.
Hal ini harus difahami oleh seluruh stakeholder sehingga satu visi dalam membangun Pariangan jika memang Pariangan tidak tenggelam sebagai desa terindah. “Program pemberdayaan masyarakat dan edukasi pariwisata untuk masyarakat harus digiatkan dan masyarakat harus terlibat di dalam setiap program pariwisata tersebut” urai Danis seorang pelaku dan pengembang wisata.
Di akhir acara, Irwan Malin Basa mengharapkan kepada pemerintah agar program revitalisasi yang sudah selesai DED nya supaya ditenderkan. “Jangan sampai dana yang sudah ada dikembalikan ke pusat karena tidak bisa dilaksanakan akibat berbagai kepentingan pihak-pihak tertentu” tegas Irwan yang juga seorang peneliti dan pelestari budaya ini. (joli)