Lima Puluh Kota | kabarkinisite.com — Bupati Lima Puluh Kota mengatakan, sinergitas yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan Limbago Adat Nagari dinilai strategis dalam pencegahan, kesiapsiagaan, penangan darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi akibat bencana di nagari.
“Melalui pelatihan pencegahan dan bencana Limbago Adat Siaga Bencana, diharapkan jadi momentum untuk selalu membudayakan kesiapsiagaan secara terpadu, terencana, dan berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran, kewaspadaan, dan kesiapsiagaan masyarakat menuju Kabupaten Lima Puluh Kota tangguh bencana yang dimulai dari tingkat nagari,” ucap Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo saat membuka kegiatan pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana tahun 2023 bagi 70 orang pengurus Kerapatan Adat Nagari/Limbago Adat Nagari/niniak mamak dari 42 nagari se-Lima Puluh Kota, Rabu, (27/09/23).
Diselenggarakan di Aula Kantor Bupati, kegiatan tersebut dihadiri Kepala Pelaksana BPBD Lima Puluh Kota sekaligus narasumber utama Rahmadinol beserta pejabat administrator jajaran BPBD Lima Puluh Kota.
Bupati Safaruddin di bagian lain penyampaiannya menjelaskan, Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki kondisi topografi yang berbukit dengan kemiringan sedang hingga terjal dan klimatologi dengan curah hujan yang tinggi sehingga berpotensi sebagai daerah rawan bencana yang dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, Bupati meminta kepada para peserta pelatihan senantiasa bersikap siaga dan waspada dalam menghadapi ketidakpastian akan terjadinya bencana.
“Saya sangat mengharapkan kekompakan, kebersamaan, kesadaran, dan motivasi yang tinggi dalam mengabdikan diri bagi keselamatan masyarakat pada umumnya. Selain itu, kami meminta para pengurus KAN untuk mengedukasi anak kemenakan dalam mitigasi bencana,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Lima Puluh Kota Zulfatman dalam laporannya menyampaikan, pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana terhadap Limbago Adat Siaga Bencana merupakan suatu langkah yang perlu dilakukan sebagai titik tolak utama yang bertujuan untuk mengurangi bahkan meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul akibat terjadinya bencana.
“70 peserta yang mengikuti pelatihan berasal dari 42 nagari yang memiliki potensi kerawanan bencana di Lima Puluh Kota,” tambahnya