Payakumbuh | kabarkinisite.com — Saya berkomitmen penuh untuk mendukung implementasi Proyek Perubahan ini, semoga dapat mengatasi keterbatasan angkutan kota, mengurangi kemacetan dan meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas begitulah kata Devitra
Tingginya angka kecelakaan dikalangan pelajar, melalui proyek perubahannya Strategi Penguatan Managemen Transportasi Berbasis Teknologi Informasi (SEMANGAT BERBAGI) dari Project Leader Devitra, Kadis Perhubungam Kota Payakumbuh yang sedang mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN II) Lembaga Administrasi Negara RI, menggandeng angkutan online untuk moda transportasi anak sekolah.
Menyikapi hal itu agar angka kecelakaan siswa sekolah menurun, dengan SEMANGAT BERBAGI, Pemko Payakumbuh melakukan gerak cepat dengan melakukan penanda tanganan kesepakatan bersama dengan PT. RIVAN CIPTA MANDALA (Maxim Payakumbuh) yang sudah beroperasi di Payakumbuh.
“Saya berkomitmen penuh untuk mendukung implementasi Proyek Perubahan ini, semoga dapat mengatasi keterbatasan angkutan kota, mengurangi kemacetan dan meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas khususnya di kalangan pelajar di Kota Payakumbuh,” kata Penjabat Wali Kota Payakumbuh saat penanda tangan kerjasama di Pendopo Rumah Dinas Wali Kota, Kamis (20/07/23).
“Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Pihak Maxim Payakumbuh yang telah bersedia untuk bekerja sama dengan Pemko Payakumbuh, semoga kerja sama ini tentu akan saling menguntungkan untuk kedua belah pihak,” tutupnya.
Lebih lanjut dijelaskan Kepala Dinas Perhubungan Kota Payakumbuh Devitra, siswa sekolah termasuk kelompok masyarakat yang belum layak atau diperbolehkan untuk menggunakan kendaraan bermotor, karena sekitar 50 persen dari mereka belum mengantongi memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), sementara pelajar SMA/SMK/MA terlihat banyak yang masih menggunakannya ke sekolah, bahkan ada juga siswa SMP/MTs.
Fenomena ini, kata Devitra, berkontribusi terhadap naiknya angka kecelakaan yang korbannya siswa sekolah, secara psikologis anak usia 17 tahun kebawah belum matang untuk dibiarkan menggunakan kendaraan bermotor, imbasnya tingginya angka kecelakaan terutama kasus kecelakaan siswa sekolah.
“Mudah-mudahan, kerjasama ini dengan pemanfaatan moda transportasi online angka kecelakaan anak sekolah bisa ditekan di Payakumbuh dan memberikan maanfaat bagi seluruh masyarakat,” katanya.
Berdasarkan data yang ada, menunjukkan angka kecelakaan di wilayah hukum Polres Payakumbuh tahun 2021 sebanyak 151 kasus dan korbannya dari kalangan pelajar sebanyak 73 orang (48,34%). Sedangkan jumlah kecelakaan tahun 2022 sebanyak 179 kasus dan korban dari pelajar sebanyak 97 orang (54%). Jumlah kecelakaan tahun 2023 (sampai bulan April) sebanyak 42 kasus dengan korban pelajar sebanyak 12 orang (28,57%).
“Di samping itu, emisi gas buang kendaraan bermotor berkontribusi kepada perubahan iklim ditambah fenomena El-Nino yang melanda dunia ikut memperparah terjadinya pemanasan global,” ujarnya.
Devitra menjelaskan, problem lalu lintas yang tengah dihadapi di Kota Payakumbuh adalah kemacetan yang biasanya terjadi di daerah-daerah yang dekat dengan fasilitas umum seperti sekolah, pasar, persimpangan, hingga lampu merah.
Butuh tindak lanjut dari komitmen bersama stakeholder terkait untuk pengurangan penggunaan kendaraan bermotor bagi siswa sekolah, dengan adanya strategi lintas sektor dalam menghadapi perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap ekonomi dan lingkungan.
Devitra menerangkan, dari hasil survey, sekitar 75 sampai 80 persen siswa mengendarai sendiri kendaraan roda 2 dari rumahnya ke sekolah, baik SMA, SMK, dan MA. Kondisi ini juga tidak bisa terbantahkan, makanya lahirlah opsi bagaimana mengarahkan agar siswa sekolah dapat memanfaatkan jasa angkutan umum.
Sedangkan kondisi saat ini, Angkutan Kota (Angkot) belumlah terintegrasi di Kota Payakumbuh, yang ada hanya dari Kawasan Ngalau ke pasar di pusat kota. Jumlahnya hanya sekitar 36 unit, dan tidak pula semuanya beroperasi setiap hari.
“Angkot-angkot di Kota Payakumbuh sudah berumur tua, mobil yang tahun paling tinggi keluaran 2005 atau 19 tahun lalu,” ungkapnya.
Salah satu opsi yang bisa dioptimalkan saat ini adalah penggunaan transportasi online berdasarkan zonasi siswa. Misalnya jumlah siswa yang pergi ke sekolah ini ada 5 orang, mereka bisa memesan 1 mobil transportasi online, kemudian ongkosnya mereka bayar bersama, kalau ongkosnya 1 mobil adalah Rp. 20 ribu, maka dibayar 4 ribu perorang.
“Dinas telah melakukan pendataan, dan kami merasa jika bisa dimanfaatkan transportasi online ini akan hemat biaya, harga BBM pertalite buat kendaraan bermotor saat ini satu liternya sekitar Rp. 10.000,” ulasnya.
Upaya pembatasan penggunaan kendaraan bermotor roda 2 bagi siswa sekolah ini, dibarengi dengan menghadirkan layanan dari penyedia transportasi online. Kemudian, nanti kerja sama sosialisasi transportasi aman ke sekolah, hingga kemurahan tarif, ataupun disubsidi.
“Penyedia layanan kan juga bisa memberikan reward kepada pengguna aplikasi, misalnya kalau 10 kali penggunaan aplikasi, maka ada diskon ongkos, bahkan program lain yang bisa ditawarkan,” pungkasnya. (joli)